TO KILL A WHITE KNIGHT

白い騎士を殺すには、犠牲を払わなければなりません。 白い騎士を殺すには、手放さなければなりません。

a white knight is there to save the day. a white knight is there to save the day. a white knight is there to save the day. a white knight is there to save the day. a white knight is there to save the day. a white knight is there to save the day. a white knight isnt there to save the day. a white knight isnt there to save the day. a white knight isnt there.

白い騎士がその日を救おうとしています。 彼が最初に自分自身を救うことを覚えていれば。

Hello! This is #タピル, hereby solemnly declared that Adachi Hibari ( 安達 雲雀) was a purely fictional character. Hence the account was created and used strictly for roleplaying purposes only. Which doesn't have any relations with the real Yang Jungwon, ENHYPEN, or Belift Lab Entertainment.

Yay to do!Nay to do!
DM knocking for relations and plots!Godmodding and metagaming without beforehand discussion!

白い騎士がその日を救うためにそこにいます。 白い騎士は自分を救うためにそこにいません。

Selalu tersenyum.



Ada dua kualitas diri Hibari Adachi (aku) yang senantiasa kubanggakan; yaitu ketenangan dan keanggunan. Terlahir di keluarga Adachi yang merupakan salah satu tiang pelopor chabana (seni merangkai bunga khusus untuk hiasan ruang upacara minum teh), kedua kualitas tersebut agaknya memang mengalir di darah tiap keturunan Adachi. Aku tidak mempelajari hal itu sejak kecil, sayangnya. Hibari kanak-kanak tidak mampu memeta apa bagusnya tetap tenang. Ia selalu meledak-ledak, Ia meyakini bahwa segala hasrat dalam dada harus disalurkan dalam letupan emosi, dalam gebrakan.



Aku menyadari kesalahan prinsipku itu, katakanlah, the hard way. Ada titik di mana tidak ada satu pun anak-anak di sekitarku yang enggan menghabiskan sore mereka bermain layang-layang atau petak umpet atau apa pun, sungguh, denganku. Ada tiga alasan yang mereka jadikan dalih; pertama, karena Hibari umur lima tahun sampai sepuluh tahun kelebihan berat badan, kedua, karena keluargaku dianggap terlalu ketat akan segala aturannya, ketiga, aku ingusan. Menghadapi ini, aku yang dulu terbiasa selalu melempar tantrum, melepaskan pertanyaan meledak-ledak dalam diriku, tidak sadar bahwa hal itu makin menjauhkan teman-temanku; kecuali satu, sih, Moriyama Katashi, sahabatku sejak kecil.



Butuh beberapa tahun (tiga, kurang lebih) meditasi penuh paksaan di kuil dengan biksu-biksu galak dan juga sesi konseling satu lawan satu dengan Ayahku (yang, harus kugaris bawahi, tidak lebih baik dari biksu kuil) untukku menyadari pentingnya untuk menjaga ketenangan, menekan rapat-rapat segala bentuk ketidaksukaan jauh ke dasar perut, dan terakhir, menghias wajah dengan topeng bernama senyuman.



Seperti kedua kakakku, aku tertarik dengan seni merangkai bunga chabana yang digeluti keluargaku sejak dulu sedari kecil. Tidak ada drama mengenai salah satu anak yang berbeda jalur di keluargaku, entah karena memang tidak ada atau seluruh persepupuan kami terlalu takut 'pada nenekku yang galak. Tapi aku memang menyukainya, aku menyukai konsep menyatukan berbagai komponen yang sangat berlainan secara individu dan menemukan tantangan yang menyenangkan dalam menyatukan semua komponen itu supaya bersatu padu. Sedari kecil, aku belajar chabana dengan tekun. Pujian-pujian yang dilontarkan kedua orang tua, seluruh jajaran paman dan bibi, serta nenek apabila aku berhasil membuat chabana yang indah agaknya menjadi salah satu pendorongku untuk terus belajar. Apa aku sudah bilang bahwa aku suka dipuji?



Selalu tersenyum, jangan pernah tampakkan ketidaksukaan maupun ketidaknyamanan.



Ada peraturan tidak tertulis yang diamini seluruh keturunan Adachi──────mengakar jauh, berasal dari keluarga Ikenobo, sang pelopor ikebana (seni merangkai bunga khas Jepang), yang merupakan garis utama keturunan keluarga Adachi, bahwa pembeli, adalah raja. Bagi keluarga yang bergelut di bidang otomenashi (Japanese hospitality), hal ini telah turun temurun diajarkan di seluruh garis keturunan keluarga Ikenobo (salah satunya, Adachi), diwanti-wanti untuk dipatri dalam hati layaknya kitab suci. Pembeli di sini, secara luas, berarti siapa saja yang bisa membawa keuntungan. Menunjukkan bentuk apapun dari perasaan negatif adalah bendera merah yang amat besar; TIDAK BOLEH dengan huruf kapital dan cetak tebal.



Hal itu berhasil tertanam di benak Hibari umur sepuluh (10) tahun, seperti yang kedua orang tuaku harapkan sejak kecil. Pun mengajarkanku bahwa harus ada yang dikorbankan untuk sebuah penerimaan.



Semenjak itu, banyak hal yang aku lakukan hanya untuk dapat diterima (kebetulan, dua tahun lagi saatnya masuk SMP dan di mataku, itu menyerupa kesempatan emas untuk membangun jati diri baru). Aku mulai mengikuti apa pun yang sedang tren──────sepak bola, piala dunia, manga, NBA, dan banyak hal lainnya. Aku juga mulai mengatur porsi makan dan berolahraga luar biasa keras (Taekwondo, meski aku sebetulnya tidak suka-suka amat) untuk menurunkan berat badan. Pun aku mengonsumsi banyak suplemen vitamin serta minyak ikan (yang rasanya, kuberi tahu saja, luar biasa tidak enak) untuk meningkatkan daya tahan tubuh agar tidak lagi ingusan. Tiga hal yang membuatku dijauhi, sudah kucoret semua.



Oh, satu lagi. Aku juga berlatih keras untuk menghasilkan senyuman yang sempurna──────senyuman yang selalu jadi ekspektasi orang lain ketika meminta sesuatu dariku. Aku tidak memermasalahkannya, sih. Pelanggan adalah raja, 'kan?



Lantas, rencanaku berjalan lancar. Di SMP, aku betul-betul memahat eksistensi sebagai Adachi Hibari yang benar-benar baru. Tidak ada lagi bocah gendut ingusan yang keluarganya kelewat galak. Hanya ada Adachi Hibari si anak pintar, anak baik yang tidak pernah menolak, anak yang bisa diandalkan dan selalu tersenyum. Berbeda dengan dulu, kini aku memiliki banyak teman (tapi Katashi tetap favoritku!), bahkan mereka yang dulu mengejekku sekarang perlahan-lahan menunjukkan itikad mereka menjalin hubungan baik denganku. Aku senang, usaha kerasku seperti terbayar lunas. Tidak ada lagi aku yang dijauhi, dan aku jadi bisa menghidupi satu hal yang sangat dipercayai keluargaku; pelanggan adalah raja.



Aku bersyukur terlahir di keluarga Adachi yang senantiasa mengingatkan bahwa senyuman adalah hasil karya tangan para Dewa, aku jadi mahir menepis segala bentuk ketidaknyamanan dan ketidaksukaan demi orang lain (bukan karena aku merasa mereka begitu penting, hanya saja, itu sudah kewajibanku sebagai orang yang bisa diandalkan seperti aku, 'kan? Untuk selalu mampu membantu orang lain?). Harus kuakui, aku merasakan tanggung jawab dan keharusan yang entah datang dari mana untuk selalu menyelamatkan orang lain. Aku merasa seperti, aku bisa memberi mereka kebahagiaan. Aku bisa menyelamatkan mereka dari kesengsaraan.



Tanggung jawab terbesarku, kurasa, jatuh pada seorang gadis yang lebih muda satu tahun dariku bernama Chiaki. Dia adalah juniorku di SMP. Dia penyendiri dan pendiam, kantung matanya amat tebal dan rambutnya selalu kusut. Aku tidak terlalu menaruh perhatian padanya di awal, setidaknya tidak sampai aku memergokinya dengan begitu banyak bekas luka sayatan di sepenjuru lengan. Satu hal yang kupikirkan: aku harus menyelamatkannya.



Tapi hubunganku dengan Chiaki tidak semulus itu. Dia sering membangkang, membantah ucapanku padahal aku tahu apa yang baik untuknya. Aku di sini untuk menyelamatkannya, mengapa dia tidak mau mendengarku?! Tidakkah dia ingin diselamatkan?! Aku di sini untuknya. Aku akan jadi pahlawannya.



Sekarang masa SMA di depan mata, aku sudah menetapkan pilihan di Kintsugi Elite Boarding School sejak lama──────untuk mempelajari omotenashi lebih jauh, demi keluargaku. Aku tidak terlalu mengkhawatirkan diriku sendiri, sebab aku yakin aku akan baik-baik saja (lagipula, kudengar Katashi juga akan masuk ke sana!). Yang kukhawatirkan, tentu saja, adalah Chiaki. Dengan kami yang masih sering bertemu saja Ia masih sering tidak mendengarkan ucapanku, bagaimana nanti ketika aku begitu jauh darinya dan tidak bisa mengawasinya secara langsung?



Aku tidak bisa bohong bahwa aku terkadang merasa lelah dengan segala misi penyelamatanku (terhadap Chiaki, khususnya), hanya saja, itu adalah satu-satunya cara bagiku merasa berguna.



( Hibari Adachi, 15 tahun, mengidap Savior Complex tanpa Ia sadari. )

NameAdachi Hibari (安達 雲雀)
BirthdateNovember 10th, 2006
BirthplaceShizuoka-ken, Japan
Height/Weight174 cm / 63 kg
MBTIINTJ-T
Face ClaimYang Jungwon of ENHYPEN

soon.

TRIVIAS

  • Tidak suka susu, dan lumayan pilih-pilih makanan.

  • Buta arah akut.

  • Fisiknya kuat sebab terbiasa berolahraga saat proses penurunan berat badan dulu.

  • Hobi menggambar dan menonton film, bisa dibilang seorang movie snob.

  • Fasih berbahasa Inggris.

  • Makanan favoritnya adalah udon kuah kari dan gyoza.

  • Memiliki lesung pipi.

  • Memiliki seekor anjing ras shih-tze di rumah, bernama Miko.

  • Penyayang binatang.

  • Lumayan pandai mengelola keuangan.

  • Cukup mahir memasak, masakan andalannya adalah maguro zuke don.

  • Mengikuti manga Detective Conan dari SD sampai sekarang.